Matahari Ungaran bersinar cukup terik Sabtu pagi (21/1) ini, tetapi ratusan pelajar yang tengah bersiap mengikuti Aksi Ekologi Lintas Agama yang diselenggarakan Gereja Katolik Kristus Raja Ungaran nampak bersemangat.
Romo Aloysius Budi Purnomo atau yang lebih akrab disapa Romo Budi sebagai tuan rumah, terlihat dikelilingi sekitar 200 siswa TK sampai SMA. Para siswa bersiap menggali lahan di sebelah barat area parkir gereja untuk menanam pohon. Mereka terdiri dari siswa TK dan SD Santa Theresia dan siswa SMA Kanisius yang sudah siap dengan bibit pohon yang mereka bawa dari rumah.
Romo Budi menyalami dan memeluk beberapa pelajar, kemudian mengajak mereka merapat ke area yang akan ditanami pohon. Tidak langsung menanam, Romo Budi memimpin para siswa menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya terlebih dahulu untuk menggugah rasa nasionalisme. Setelah menyanyikan Indonesia raya, para pelajar kemudian diajak melakukan gerak badan.
Sebagai penyelenggara acara, Romo Budi menerangkan filosofi Aksi Ekologi Lintas Agama kepada seluruh peserta dengan gaya renyah dan mudah dipahami. Ia menghimbau agar generasi muda bisa merawat alam seperti pesan dalam Laudato Si, seruan global dari Paus Francis agar seluruh penghuni planet bumi bergerak mencegah kerusakan lingkungan lebih lanjut.
Kegiatan peduli lingkungan ini diselenggarakan untuk menyambut Pekan Kerukunan Antar-Umat Beragama Sedunia (The World Interfaith Harmony Week) yang biasa dirayakan secara global setiap awal Februari. Untuk konteks di Indonesia, penyelenggaraannya dimulai dari tanggal 18-25 Januari. “Meski ini diberlakukan di seluruh dunia, tetapi kalau Indonesia ya baru di Semarang ini” jelas Romo Budi kepada Kabar Ein di sela-sela penanaman. Romo yang mahir memainkan saksofon ini memang dikenal getol mengampanyekan pluralisme lewat berbagai kegiatan kreatif.
Romo Budi mencangkul sendiri lubang demi lubang untuk ditanami berbagai bibit tanaman yang telah dipersiapkan peserta. “Ini hasil dari sumbangan peserta sendiri loh, enggak beli dan minta sumbangan. Mereka bebas membawa tanaman apa saja,” tukas Romo Budi sembari menunjukan berbagai jenis bibit tanaman yang memang beragam.
Mewakili Jaringan Lintas SARAS (Suku Agama, Ras, Aliran dan Sosial) hadir Pendeta Wipro Pradipto. Kali ini ia membawa bibit pohon Jenitri. “Besok kalau besar, buahnya bisa digunakan untuk membuat tasbih,” jelas pendeta yang terlihat nyentrik dengan jenggot putih panjang kebanggaannya tersebut.
Sementara dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), hadir Umi Ma’rufah dan Laela Khoirun Nisya’. Dua mahasiswi asal Universitas Islam Negeri Walisongo yang berdomisili di Ngaliyan-Semarang Barat ini meluangkan waktu liburan mereka demi bisa terlibat menanam pohon.
“Kami senang bisa mengikuti kegiatan semacam ini, memang tidak hanya kali ini saya hadir di acara yang diselenggarakan Romo Budi, acara lintas agama yang sebelumnya saya juga datang,” tutur Umi. Sementara Nisya mengaku tertarik ikut menanam pohon, karena menurutnya masa depan manusia mutlak bergantung pada kelestarian alam.Generasi muda harus tahu kondisi alam sekarang. “Acara ini bagus, karena semua agama bisa bersatu dalam satu pandangan tentang lingkungan,” ungkap Nisya.
Editor: Yvonne Sibuea