“Semarang sama sekali bukan daerah kering kebudayaan. Sesungguhnya, tidak ada sejengkal tanah pun, di mana di sana ada kehidupan manusia akan kering dari kehidupan kebudayaan.” [HERSRI SETIAWAN – Sastrawan] Antariksa. (2005). Tuan Tanah Kawin Muda. Semarang sebagai sebuah kota penting dalam konstelasi jalur dagang sejak masa Hindia Belanda, sangat jarang dinarasikan sebagai kota dengan jejak seni budaya yang marak pelaku dan penikmat. Semarang lebih dominan disorot dari porsi pentingnya sebagai kota pelabuhan strategis yang dibangun pemerintah kolonial untuk memuluskan kegiatan perdagangan lewat jalur laut. Hingga kemudian Hindia Belanda memerdekakan diri sebagai Indonesia pada 1945, imaji Semarang sebagai kota dagang tetap bertahan hingga […]
GoPot(ehi): Diluncurkan di Semarang, Siap Menjelajah Nusantara
Pepatah “hidup segan mati tak mau” nampaknya cocok menggambarkan eksistensi wayang potehi di Indonesia selama lima dasawarsa terakhir. Semenjak dilarangnya ekspresi kebudayaan Tionghoa oleh pemerintah Orde Baru pada 1967, praktis kesenian khas Tionghoa Hokkian ini lenyap dari pandangan masyarakat umum. Reformasi 1998 dan dukungan Presiden keempat, Abdurrahman Wahid, yang mencabut Inpres No 14 Tahun 1967 yang diskriminatif itu, menggairahkan kemunculan kembali tradisi Tionghoa, termasuk wayang potehi. Di banyak kelenteng, terutama menjelang dan selama perayaan Imlek, acap dijumpai pergelaran wayang potehi. Namun demikian popularitasnya tak bisa lagi menyamai masa-masa sebelum pelarangan. Menjembatani Wayang Potehi untuk Dinikmati Lintas Generasi Generasi milenial Tionghoa khususnya […]
Wayang Potehi 2020: Upaya Kolektif Meraup Perhatian Generasi Digital
Satu sore di bulan Mei 2018, tim Ein Institute tiba di Museum Potehi Gudo-Jombang. Nampak seorang pria paruh baya tengah asyik memainkan pisau ukirnya, sedangkan tangan satunya memegang bongkahan kayu. Ia salah seorang perajin wayang potehi asal kota ukir Jepara yang telah lama bekerja bersama Toni Harsono pemilik museum. Yang sedang ia kerjakan di beranda museum adalah bagian kepala satu karakter wayang potehi. Toni Harsono adalah seorang pelestari budaya yang sekaligus juga seorang dalang wayang potehi. Kecintaan Toni pada potehi telah terpupuk sejak kecil. Ayah dan kakeknya berprofesi sebagai dalang wayang potehi, semasa kesenian ini berjaya di era sebelum Orde […]
Lidya Apririasari, Menjembatani Komunikasi Jawa – Tionghoa di Parakan
Sosok perempuan tinggi besar dengan rambut terurai itu mencuri perhatian penonton Kirab Menoreh Sabtu, 9 November 2019 lalu. Kirab Menoreh diadakan untuk memperingati sebuah peristiwa penting: berpindahnya ibukota Kabupaten Menoreh dari kota Parakan ke kota Temanggung. Nama perempuan itu Lydia Apririasari. Ia terlihat berbeda dari peserta kirab lainnya yang berpakaian adat Jawa; terlihat seekor ular pyton warna kuning membelit leher dan bahunya. Karena kedekatannya dengan ular itulah Lydia diberi nama julukan ‘Lydia Ulo’ (ular). Semenjak masih kuliah di Jurusan Biologi Lingkungan, Fakultas Biologi, Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Lydia sudah tertarik pada dunia reptilia dan amfibia (herpetologi), khususnya pada jenis […]
Grebeg Parakan 2019: Menolak Lupa Sejarah Kota
“Oh, ternyata dulu Parakan pernah menjadi ibukota kabupaten..” “Di sini to makamnya Kyai Parak yang namanya jadi cikal bakal nama Parakan..” “Wah, ternyata kita dulu pernah mempunyai seorang pendekar kungfu yang terkenal ya..” Itulah sebagian reaksi masyarakat Parakan mengenai kota kecamatan yang membawahi 17 kelurahan itu. Hal-hal tersebut terungkap dalam rangkaian acara Grebeg Parakan yang diadakan 6 – 9 November 2019 lalu. Parakan yang selama ini identik hanya dengan tembakau, bambu runcing dan rumah-rumah tua Tionghoa ternyata menyimpan sejarah yang cukup penting dalam bidang budaya dan perjuangan bangsa. “Seluruh masyarakat Kabupaten Temanggung berhutang pada kota Parakan, karena Parakan merupakan tonggak […]
Wisnu Theater, Berbagi Romantisme Nonton Bioskop di Era 80-an
Bioskop “Wisnu Theater” – biasa dilafalkan ‘biskop/biskopan’ – terletak di Jl. Bambu Runcing, Parakan. Bioskop semata wayang ini pernah menjadi sarana hiburan paling hit penyemarak lengangnya kota kecil seperti Parakan. Siapapun yang pernah tinggal di Parakan pada periode 70-80an, kemungkinan besar memiliki memori khusus tentang budaya nonton bioskop pra teknologi Studio XXI. Kini, Wisnu Theater seperti halnya gedung-gedung bioskop yang dikelola para pemodal kecil dan menengah, telah tergerus oleh zaman dan tidak lagi aktif; tempat ini kembali difungsikan sebagai gudang. Sedih sebenarnya. Walau waktu tak bisa diputar ulang, mengembalikan keriaan menonton bioskop dengan fasilitas minim, yang tidak pernah dirasakan generasi […]
Undhuh-Undhuh, Transformasi Tradisi Jawa Menjadi Perayaan Kristiani (3)
“Bagian Tiga” Minggu Pagi, 13 Mei 2018 Acara puncak, Riyaya Undhuh-Undhuh! Akhirnya, ini hari yang saya tunggu-tunggu. Saya, Hesti dan Thay bergegas berangkat ke GKJW Mojowarno sejak matahari belum terbit. Kami sudah menyiapkan perlengkapan tempur berupa kamera foto, kamera video, dan tentu saja cemilan untuk mengganjal perut karena kami tidak akan sempat sarapan di penginapan. Tepat pukul 05.30 WIB jalan raya di depan gereja ditutup untuk mempersiapkan kedatangan 7 rombongan kendaraan hias yang berasal dari berbagai blok seputar Mojowarno. Saya, Hesti dan Thay sudah mengincar beberapa posisi terbaik untuk mendapatkan gambar. Thay menempatkan diri di luar halaman gereja, sementara saya […]
Undhuh-Undhuh, Transformasi Tradisi Jawa Menjadi Perayaan Kristiani (2)
“Bagian Dua” Di akhir wawancara Pdt. Wimbo bercerita, salah satu bagian persiapan Riyaya Undhuh-Undhuh yang paling menyita waktu adalah proses menghias mobil. Warga dari masing-masing blok peserta riyaya sudah akan memulai persiapan berminggu-minggu sebelumnya. Dari menentukan tema cerita Alkitab yang akan ditampilkan dalam mobil hias, bergotong royong merangkai padi ketan yang menjadi aksesoris utama mobil hias, menggarap kerangka patung-patung hias, hingga pada hari menjelang puncak acara, hasil panen dikumpulkan untuk diarak dan dilelang di halaman gereja. Menata Kendaraan Hias Jelang Undhuh-Undhuh Diantar oleh salah satu warga, Tim EIN Institute bergeser menyambangi salah satu dusun, yang lebih populer dinamai berdasarkan blok; […]
Undhuh-Undhuh, Transformasi Tradisi Jawa Menjadi Perayaan Kristiani (1)
Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Mojowarno menarik perhatian saya sejak setahun lalu. Berawal ketika saya menemukan sebuah artikel di majalah pariwisata terbitan 2013 tentang Riyaya Undhuh-Undhuh; sebuah perayaan ucapan syukur pasca panen yang digelar tahunan oleh gereja tersebut.
Berburu Kompiang, Modal Lima Ribu Kenyang Hingga Siang
Warisan budaya Tiongkok sangat berpengaruh dalam dunia kuliner Indonesia. Faktanya, berbagai makanan asal Tiongkok telah melebur menjadi makanan masyarakat Indonesia sehari-hari dengan modifikasi bahan dasar dan bumbu lokal. Proses akulturasi ini terjadi sejak gelombang imigran asal Tiongkok mulai mendiami Nusantara pada akhir abad 14. Banyak sekali kosakata kuliner Indonesia yang ternyata masih menggunakan nama asli dari daerah asal di Tiongkok, antara lain dari Hokkian, Hakka dan Kanton.