Catatan Pasca Jelajah Pecinan Semarang, Widya Mitra Heritage Walk -X Pariwisata Sudah Menjadi Kebutuhan Primer Pariwisata sudah menjadi kebutuhan primer; demikian temuan riset Visa Global Travel Inventions Study (GTIS) pada 2015. Terjadi peningkatan 33% wisata ke luar negeri yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia dibanding tahun 2013. Selain itu muncul juga kecenderungan orang untuk bisa berlibur lebih lama dan lebih jauh lagi. Kementerian Pariwisata juga mencatat bahwa pada tahun 2013 masyarakat Indonesia mengeluarkan Rp. 177,84 triliun untuk biaya perjalanan. Generasi milenial lebih banyak menghabiskan pendapatannya untuk berlibur serta gaya hidup dibandingkan untuk belanja keperluan rumah tangga lainnya; demikian data BPS […]
Liku-Liku Bakcang, Penganan Nikmat yang Tak Mudah Dibuat
Sejak pagi Erlin sudah sibuk di tempat usahanya, sebuah rumah makan yang terletak di Jalan M.T. Haryono Semarang atau yang lebih dikenal dengan nama lama, Jalan Mataram. Perempuan paruh baya tersebut tengah menyiapkan bahan-bahan untuk membuat Bakcang, penganan tradisional Tionghoa yang secara turun temurun menjadi sajian pada perayaan Peh Cun. Peh Cun, dirayakan setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek. Dalam perayaan Peh Cun, masyarakat Tionghoa membuat dan makan Bakcang, mendirikan telur, mengadakan lomba perahu naga, dan melakukan ritual mandi tengah hari. Legenda di Balik Bakcang dan Perayaan Peh Cun Bakcang berasal dari dialek Hokkian, salah satu dialek masyarakat […]
Memahami Berbagai Kepentingan di Balik Praktik Penghancuran Patung
Persaudaraan Lintas Agama (PELITA) dan beberapa komunitas lain di Semarang, di antaranya EIN Institute, Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Semarang, Institute of Peace and Security Studies (IPSS), dan Gusdurian Semarang; menggelar diskusi bertajuk “Patung: Antara Seni, Budaya, dan Agama”. Diskusi bertempat di Jalan Ayodyapala No. 44 Semarang. Selasa malam (22/08). Ide membuka ruang dialog berangkat dari wacana perobohan Patung Kwan Kong di Tuban, serta kejadian-kejadian perobohan berbagai patung di berbagai wilayah Indonesia akhir-akhir ini. Wacana perobohan patung Kwan Kong memicu pro kontra di media, situasi menjadi cukup panas. Pendirian patung Kwan Kong dianggap sementara pihak sebagai representasi dominasi negara […]
Satu Tungku Tiga Batu: Filosofi Fakfak yang Melampaui Toleransi
Roy adalah seorang pemuda Fakfak yang beragama Kristen dan tercatat sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Fakfak, Papua Barat. Uniknya, dia menjadi Kristen karena menuruti permintaan ayahnya, seorang muslim yang saleh. Alasannya, sebelum menjadi muslim, ayahnya itu beragama Kristen. Menurut adat Fakfak, perpindahan agama entah dari Islam ke Kristen atau Kristen ke Islam harus ditukar oleh keturunannya, agar terjadi keseimbangan agama dalam riwayat keluarga. Kisah Roy dituturkan antropolog Ronald Helwedery dalam diskusi Satu Tungku Tiga Batu: Model Keberagaman dan Rekonsiliasi Fakfak hari Jumat (28/7) yang diselenggarakan oleh Institute of Peace and Security Studies (IPSS) dengan dukungan Lembaga Studi Sosial dan Agama […]
Menelisik Asal Usul Gambang Semarang, Simbol Keberagaman Warga Kota
Gambang Semarang adalah kesenian akulturasi budaya antara etnis Tionghoa dengan Jawa. Sejak zaman penjajahan, Semarang memang dikenal sebagai kota tempat bermukimnya banyak etnis. Masyarakat Eropa, Melayu, Arab, dan Tionghoa mempunyai catatan sejarah tersendiri di Semarang. Dapat ditelusuri, adanya kawasan Kampung Kauman di kawasan Johar yang dulu menjadi hunian masyarakat etnis Arab. Selain itu, ada pula Kawasan Kota Lama sebagai hunian para bangsa Eropa, dan Kampung Pecinan sebagai hunian masyarakt etnis Tionghoa. Jadi, bukanlah sebuah hal baru ketika budaya Jawa dan Tionghoa mengalami akulturasi menjadi dalam sebuah seni pertunjukan seperti Gambang Semarang. Gambang Semarang versi terkini mempertunjukkan kolaborasi antara musik, vokal, […]
Kisah Baleganjur dan Para Pemuda Bali di Perantauan
Mengikuti prosesi ritual umat Hindu, tidak akan lepas dari musik gamelan yang mengiringinya. Seperti halnya dalam rangkaian perayaan Nyepi, mulai dari Melasti sampai Tawur Agung, ritual ini tidak luput dari iring-iringan musik gamelan Baleganjur. Gamelan Baleganjur awalnya berperan sebagai pengiring upacara ngaben atau pawai adat dan agama. Dalam perkembangannya,kini Baleganjur digunakan dalam acara-acara lain seperti pawai kesenian maupun pawai olahraga. Ciri khas Baleganjur adalah gong, kempul dan kendangnya. Sekilas Baleganjur Sekelompok pemuda penabuh Baleganjur terlihat bercengkrama di area Pura Agung Giri Nata seusai mengiringi prosesi upacara Tawur Agung pada Senin (27/3) malam. Salah satu penabuhnya, Bayu Mandala terlihat bercucuran keringat […]
Angkringan Silaturahim: Budaya adalah Panglima dalam Membangun Perdamaian
Semarang, Kabar EIN – Sejak Sabtu (25/3) pagi, para pemuda Katolik Ungaran terlihat sibuk menata dekorasi di halaman Gereja Kristus Raja Ungaran. Kerja-kerja ini merupakan persiapan penyelenggaraan acara “Angkringan Silaturahim: Srawung Seniman Budayawan Lintas Agama.” Beberapa anak muda terlihat menyiapkan panggung, menggelar karpet di ruang tengah untuk tempat duduk tamu , serta menata meja-meja kecil di sekeliling karpet sebagai tempat menghidangkan jajanan pasar. Suasana terbangun seolah-seolah di angkringan pinggir jalan, bedanya jajanan di angkringan ini tak dipungut bayaran. Gelar kesenian yang ditampilkan cukup beragam. Ada seni Karawitan dari Candra Kirana dan tembang Geguritan dari Paramesthi, pertunjukan teater, dan tarian Sufi. […]
Belajar dari GRIS, Anak Muda Harus Merebut Ruang Kultural
Semarang, EIN Institute – Bagaimana cara generasi anak cucu kita mengenang kita di masa depan jika tidak ada satupun monumen atau prasasti yang kita tinggalkan? Pertanyaan ini jadi bahan diskusi bertema “GRIS, Senjakala Ingatan” pada Senin (20/03) di Gedung Lawang Sewu Semarang. Penyelenggara diskusi adalah Dhudhah Semarang, gerakan masyarakat sipil yang sadar akan pentingnya pelestarian budaya lokal. Gerakan ini diinisiasi oleh Paseduluran Lawang Sewu (PLS), suatu komunitas yang terbentuk pertengahan 2016 dengan fokus melakukan revitalisasi kebudayaan Jawa. Dewasa ini di Semarang bermunculan berbagai gerakan pelestarian budaya. Dhudhah Semarang mengkhususkan gerakan pada pemahaman kebudayaan Jawa melalui pendekatan sejarah. Mengapa harus gerakan […]
Rekatkan Berbagai Etnis, Kesbangpol Jawa Tengah Gelar Pentas Budaya
Semarang, EIN-Institute – Empat perempuan berkebaya biru yang dipadankan dengan kain songket bermotif cerah berdiri di samping pintu masuk aula Wisma Perdamaian, Semarang. Dengan cekatan mereka menyapa dan mengantarkan setiap tamu undangan menempati tempat duduk yang masih kosong. Forum Persaudaraan Antar Etnis Nusantara (Perantara) bekerjasama dengan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Jawa Tengah menampilkan Gelar Kesenian dan Kebudayaan Daerah 2017 pada Minggu (12/3). Tema yang dipilih “Mempurifikasi Kearifan Lokal, Mempertahankan Kepribadian Budaya Nasional”. Pentas yang menampilkan 15 tarian daerah Indonesia ini dihadiri lebih dari 600 orang. Panitia harus menambah jumlah kursi yang diambil dari gudang karena membludaknya tamu undangan. […]
Pelarangan Pork Festival, Upaya Jadikan Semarang Panggung Baru Intoleransi
Warga Ngobrol Bareng tentang Hak Asasi Manusia (Waroeng HAM) seri ke-5 digelar di Gedung LPUBTN, Kawasan Kota Lama Semarang pada Senin (27/2). Tema diskusi kali ini adalah “Pelarangan Pork Festival: Pengingkaran Kebhinekaan Indonesia”. Diskusi dimotori oleh EIN Institute dengan dukungan LBH APIK Semarang, PKBI Jawa Tengah, Rumah Pelangi, Bengkel Sastra Taman Maluku dan Radio Elshinta sebagai rekan media. EIN Institute yang didirikan di Semarang sejak 2009 silam, berfokus pada kerja-kerja promosi pluralisme. Pada 19 Januari 2017, organisasi massa Forum Umat Islam Semarang (FUIS) menyampaikan protes atas penyelenggaraan Pork Festival yang direncanakan berlangsung pada 23-29 Januari 2017 di Pasaraya Sri Ratu […]