
Pepatah “hidup segan mati tak mau” nampaknya cocok menggambarkan eksistensi wayang potehi di Indonesia selama lima dasawarsa terakhir. Semenjak dilarangnya ekspresi kebudayaan Tionghoa oleh pemerintah Orde Baru pada 1967, praktis kesenian khas Tionghoa Hokkian ini lenyap dari pandangan masyarakat umum. Reformasi 1998 dan dukungan Presiden keempat, Abdurrahman Wahid, yang mencabut Inpres No 14 Tahun 1967 yang diskriminatif itu, menggairahkan kemunculan kembali tradisi Tionghoa, termasuk wayang potehi. Di banyak kelenteng, terutama menjelang dan selama perayaan Imlek, acap dijumpai pergelaran wayang potehi. Namun demikian popularitasnya tak bisa lagi menyamai masa-masa sebelum pelarangan. Menjembatani Wayang Potehi untuk Dinikmati Lintas Generasi Generasi milenial Tionghoa khususnya […]