Share the knowledge!

Alissa Qotrunnada Munawaroh atau yang akrab disapa Alissa Wahid, menegaskan pentingnya menjaga independensi Jaringan Gusdurian. Imbauan tersebut beberapa kali disampaikan oleh Alissa mengingat potensi Jaringan Gusdurian cukup strategis untuk diseret ke ranah politik praktis.

Kali ini Alissa berbagi dengan 30 peserta  Kelas Pemikiran Gus Dur (KPG) II yang diselenggarakan pada 4-5 Februari 2017 di Gedung C Universitas Wahid Hasyim Semarang.

Alissa menjelaskan lebih dalam tentang 9 Nilai Gus Dur yang menjadi pembahasan pokok dalam kelas. Adapun nilai-nilai itu terdiri dari Ketauhidan, Kemanusiaan, Keadilan, Kesetaraan, Pembebasan, Kesederhanaan, Persaudaraan, Kekesatriaan serta Kearifan Lokal. Alissa juga mengungkap bahwa nilai-nilai inilah yang  dipraktikkan Gus Dur selama menjabat sebagai ketua PBNU dan Presiden RI ke-4.

Nilai-nilai tersebut kerap disampaikan Gus Dur kepada anak-anaknya lewat mendongeng, kenang Alissa tentang keseharian Gus Dur semasa masih hidup. Alissa  mengungkapkan prinsip kepemimpinan Gusdur dinilai Stephen R Covey sebagai gaya kepemimpinan yang memenuhi kriteria “Principle Centered Leadership,“ yaitu Kepemimpinan yang Berpusat pada Prinsip. Masalahnya, setiap orang mempunyai center yang berbeda, kalau center-nya kekuasaan pasti apapun akan dilakukan demi kekuasaan,” ujar Alissa sambil menulis di papan tulis.

Kelas Pemikiran Gus Dur II diselenggarakan oleh Jaringan Gusdurian Semarang. KPG II diikuti 30 peserta dari beberapa kampus Kota Semarang dan Yogyakarta. Para peserta berasal dari Universitas Wahid Hasyim, Universitas Islam Negeri Walisongo, Universitas Negeri Semarang, Universitas Diponegoro, Universitas Dian Nuswantoro, Universitas Soegijapranata, serta Universitas Gajah Mada, Yogyakarata. Fasilitator dari Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian., M. Autad serta anak sulung Gus Dur  Alissa Wahid. Sedangkan fasilitator asal Semarang diantaranya, Makhrus Ali (Jaringan Gudurian Semarang), Tedi Kholiluddin (Elsa Semarang), Rusmadi (Dosen UIN Walisongo), dan Tjahyadi Nugroho (EIN Institute).

 

Editor: Yvonne Sibuea

Facebook Comments

Share the knowledge!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *