Napak Tilas Jejak Siek Hwie Soe, Juragan Gambir Parakan

Share the knowledge!

Siek Hwie Soe: Dari Xiamen ke Parakan Siek Hwie Soe. Nama ini tak bisa dipisahkan dari Parakan, kota kecamatan yang berada di antara dua gunung Sumbing dan Sindoro. Ia merantau dari desa Lin Aou, Xiamen (Amoy) ke Jawa, dan datang ke Parakan diperkirakan pada awal tahun 1820an. Di Parakan saat itu sudah ada seorang pedagang bernama Loe Tjiat Djie. Siek Hwie Soe bekerja padanya dan terbukti bahwa ia adalah seorang pemuda yang rajin, jujur dan dapat diandalkan. Oleh karena itu, Siek Hwie Soe tak hanya mendapat kepercayaan sang majikan dalam hal pekerjaan, namun juga untuk menikahi putrinya, Loe Tien Nio. […]


Share the knowledge!

Kuratorial Pameran Arsip Fotografi: Metropolis Semarang 1930-1950an dari Balik Lensa Fotografer Tan Tat Hin

Share the knowledge!

“Semarang sama sekali bukan daerah kering kebudayaan. Sesungguhnya, tidak ada sejengkal tanah pun, di mana di sana ada kehidupan manusia akan kering dari kehidupan kebudayaan.”   [HERSRI SETIAWAN – Sastrawan] Antariksa. (2005). Tuan Tanah Kawin Muda. Semarang sebagai sebuah kota penting dalam konstelasi jalur dagang sejak masa Hindia Belanda, sangat jarang dinarasikan sebagai kota dengan jejak seni budaya yang marak pelaku dan penikmat.  Semarang lebih dominan disorot dari porsi pentingnya sebagai kota pelabuhan strategis yang dibangun pemerintah kolonial untuk memuluskan kegiatan perdagangan lewat jalur laut. Hingga kemudian Hindia Belanda memerdekakan diri sebagai Indonesia pada 1945, imaji Semarang sebagai kota dagang tetap bertahan hingga […]


Share the knowledge!

Menjelajah Kampung-Kampung Tua Semarang, Menemukan Jejak Pluralitas

Share the knowledge!

Semarang adalah satu kota yang memiliki peran signifikan dalam lintasan sejarah Nusantara. Di samping itu Semarang dikenal pula sebagai kota yang sangat plural dan menjunjung tinggi toleransi antar golongan. Keberagaman dan toleransi ini tak bisa dipisahkan dari sejarah terbentuknya kota Semarang menjadi kota yang kosmopolit.


Share the knowledge!

Kisah Hidup dr. Oen: Mematahkan Stereotip Negatif Etnis Tionghoa


Ulasan Buku Judul buku: Dr. Oen – Pejuang dan Pengayom Rakyat KecilPenulis: RavandoPenerbit: Penerbit Buku KompasTahun Terbit: 2017Tebal: xxxii + 272 halaman Nama dr. Oen adalah satu nama yang tak asing dalam dunia medis Indonesia. Bagi masyarakat umum, mungkin nama tersebut hanya berasosiasi dengan nama sebuah rumah sakit di Surakarta. Namun bagi masyarakat Surakarta, nama dr. Oen mempunyai tempat istimewa di hati. Dokter Oen adalah sesosok dokter yang benar-benar mencerminkan tugas dan kewajiban seorang dokter yaitu menyembuhkan sakit pada semua orang tanpa memandang latar belakang apapun. Oen Boen Ing, nama lengkap dr. Oen, adalah anak seorang pedagang tembakau asal Salatiga, […]


Beta Mau Jumpa: Pergulatan Memutus Narasi Kebencian di Ambon

Share the knowledge!

Lampu diredupkan dan film pun mulai diputar. Warna-warni lantunan pujian di gereja dan orang shalat di masjid muncul silih berganti dengan cuplikan hitam putih adegan warga menggotong mayat atau membidikkan senapan, truk-truk militer yang hilir mudik di jalanan kota, anak-anak dan warga lansia yang lesu di lokasi pengungsian. Lalu suara narator muncul, berkisah tentang insiden tanggal 19 Januari 1999. Di terminal Batu Merah, terjadi cekcok soal uang setoran antara supir angkot dan preman yang berujung perkelahian. Sepertinya sepele, tapi ternyata ribut kecil itu dengan cepat meluas jadi konflik berdarah ke seluruh Ambon. Dalam tiga tahun, setidaknya 5000 orang tewas. Untuk […]


Share the knowledge!

Kisah Perang Sepanjang: Menelusuri Jejak Kebersamaan Jawa-Tionghoa


Sekilas Perang Sepanjang dan Misteri Kapitan Sepanjang Mary Somers–Heidhues dalam tinjauannya terhadap buku karangan Daradjadi Gondodiprojo Perang Sepanjang 1740-1743: Tionghoa-Jawa Lawan VOC (yang kemudian direvisi menjadi buku Geger Pacinan 1740-1743) menyebutkan ada tiga kelebihan Perang Sepanjang yang ditulis Daradjadi. Salah satu perbedaan sudut pandang yang diangkat Daradjadi menurut Somers-Heidhues adalah kemampuan militer yang cukup tinggi dari orang Tionghoa, dalam hal ini dibuktikan dengan peran penting Kapitan Sepanjang, pemimpin pasukan Tionghoa. Penekanan berbeda ini menegaskan bahwa pada satu ketika golongan Tionghoa bahu membahu bersama-sama golongan bumiputera untuk mengusir Kompeni Belanda. Jadi, mereka bukanlah “kaum oportunis yang tidak bisa diperbaiki” tetapi adalah […]


Bedah Buku Menjerat Gus Dur: Sejarah Menemukan Jalannya Sendiri

Share the knowledge!

“Gus Dur menjadi tokoh penting dalam masa transisi setelah rezim otoriter. Meski mengendalikan pemerintah hanya 20 bulan, beliau berhasil mengembalikan marwah politik Indonesia,” tutur penulis buku Menjerat Gusdur, Virdika Rizky Utama dalam acara memperingati Haul Gus Dur ke-10. Acara ini diselenggarakan oleh Pergerakan Mahasiswa Islam  Indonesia  Universitas Negeri Semarang (PMII Unnes) di Perpustakaan Unnes pada Minggu (19/01). “Musuh terbesar Gus Dur adalah oligarki. Ia melawannya dengan mengajarkan politik tanpa kompromi. Ungkapan ini menandakan Gus Dur melawan kelompok lama yang masih ada di tubuh pemerintahan. Bukan sesuatu yang mustahil mewujudkan sila kelima. Berpolitik harus bernegara dan berkonstitusi,” lanjut Virdika dalam paparannya. […]


Share the knowledge!

Dialog HAM, Penyampaian Fakta Sejarah Lisan Lintas Generasi

Share the knowledge!

“Saya ini seolah-olah bertambah umurnya mendengar anak-anak muda ini bercerita bahwa kejadian 1965 itu perbuatan pelanggaran HAM. Saya ini sudah berusia 76 tahun, seakan tinggal berapa hari lagi hidup, tapi seolah bertambah umur, sebab saya mempunyai harapan ada penyambung saya, generasi muda yang bahasa sekarang adalah generasi milenial ini masih sadar tentang ketidakadilan yang terjadi” ungkap Munari salah satu penyintas tragedi 1965 yang hadir dalam acara Dialog Antar Generasi, Melepas Belenggu Impunitas. Sebagai salah satu rangkaian peringatan hari HAM Internasional yang diselenggarakan bersama Asia Justice and Rights (AJAR) dan  Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) pada Kamis, 5 Desember 2019. […]


Share the knowledge!

Lidya Apririasari, Menjembatani Komunikasi Jawa – Tionghoa di Parakan

Share the knowledge!

Sosok perempuan tinggi besar dengan rambut terurai itu mencuri perhatian penonton Kirab Menoreh Sabtu, 9 November 2019 lalu. Kirab Menoreh diadakan untuk memperingati sebuah peristiwa penting: berpindahnya ibukota Kabupaten Menoreh dari kota Parakan ke kota Temanggung. Nama perempuan itu Lydia Apririasari. Ia terlihat berbeda dari peserta kirab lainnya yang berpakaian adat Jawa; terlihat seekor ular pyton warna kuning membelit leher dan bahunya. Karena kedekatannya dengan ular itulah Lydia diberi nama julukan ‘Lydia Ulo’ (ular). Semenjak masih kuliah di Jurusan Biologi Lingkungan, Fakultas Biologi, Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Lydia sudah tertarik pada dunia reptilia dan amfibia (herpetologi), khususnya pada jenis […]


Share the knowledge!

Grebeg Parakan 2019: Menolak Lupa Sejarah Kota

Share the knowledge!

“Oh, ternyata dulu Parakan pernah menjadi ibukota kabupaten..” “Di sini to makamnya Kyai Parak yang namanya jadi cikal bakal nama Parakan..” “Wah, ternyata kita dulu pernah mempunyai seorang pendekar kungfu yang terkenal ya..” Itulah sebagian reaksi masyarakat Parakan mengenai kota kecamatan yang membawahi 17 kelurahan itu. Hal-hal tersebut terungkap dalam rangkaian acara Grebeg Parakan yang diadakan 6 – 9 November 2019 lalu. Parakan yang selama ini identik hanya dengan tembakau, bambu runcing dan rumah-rumah tua Tionghoa ternyata menyimpan sejarah yang cukup penting dalam bidang budaya dan perjuangan bangsa. “Seluruh masyarakat Kabupaten Temanggung berhutang pada kota Parakan, karena Parakan merupakan tonggak […]


Share the knowledge!