Lampu diredupkan dan film pun mulai diputar. Warna-warni lantunan pujian di gereja dan orang shalat di masjid muncul silih berganti dengan cuplikan hitam putih adegan warga menggotong mayat atau membidikkan senapan, truk-truk militer yang hilir mudik di jalanan kota, anak-anak dan warga lansia yang lesu di lokasi pengungsian. Lalu suara narator muncul, berkisah tentang insiden tanggal 19 Januari 1999. Di terminal Batu Merah, terjadi cekcok soal uang setoran antara supir angkot dan preman yang berujung perkelahian. Sepertinya sepele, tapi ternyata ribut kecil itu dengan cepat meluas jadi konflik berdarah ke seluruh Ambon. Dalam tiga tahun, setidaknya 5000 orang tewas. Untuk […]