Ketika kerusuhan meletus pertama kali di Ambon bulan Januari 1999, Pulau Buru belum langsung terkena dampaknya. Meskipun demikian, rumor menyebar luas dengan cepat, membuat ketakutan warga Kristen yang tinggal di pulau yang mayoritasnya Islam itu, termasuk keluarga Weslly Johannes. “Hampir setahun kemudian, bulan Desember, saya dibangunkan ayah dan disuruh siap-siap mengungsi ke Ambon,” kenang Weslly yang kini aktif di Paparisa Ambon Bergerak, saat menjadi pemantik diskusi di pemutaran film “Beta Mau Jumpa” hari Jumat (28/2) lalu di Gedung Teater Thomas Aquinas Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata. Teror yang dia saksikan dan dengar membuat emosinya bergejolak. “Waktu itu saya benci pada ‘Islam’ […]
Beta Mau Jumpa: Pergulatan Memutus Narasi Kebencian di Ambon
Lampu diredupkan dan film pun mulai diputar. Warna-warni lantunan pujian di gereja dan orang shalat di masjid muncul silih berganti dengan cuplikan hitam putih adegan warga menggotong mayat atau membidikkan senapan, truk-truk militer yang hilir mudik di jalanan kota, anak-anak dan warga lansia yang lesu di lokasi pengungsian. Lalu suara narator muncul, berkisah tentang insiden tanggal 19 Januari 1999. Di terminal Batu Merah, terjadi cekcok soal uang setoran antara supir angkot dan preman yang berujung perkelahian. Sepertinya sepele, tapi ternyata ribut kecil itu dengan cepat meluas jadi konflik berdarah ke seluruh Ambon. Dalam tiga tahun, setidaknya 5000 orang tewas. Untuk […]
Tedi Kholiludin: Siapa Saja Bisa Terjerat Pasal Penodaan Agama
Semarang, EIN Institute – Di balik patung Warak yang menjulang di Taman Pandanaran Semarang, hampir 100 orang datang berkumpul pada Selasa (28/8) malam lalu. Setelah saling menyapa akrab, mereka langsung mencari tempat duduk masing-masing di ruang publik berbentuk teater itu. Sehelai spanduk dengan tulisan Pelita Untuk Meiliana: Keprihatinan Pasal Penodaan Agama, dibentangkan dekat kanopi
Rujak Pare, Simbol Melawan Lupa Tragedi 1998
Undangan itu datang lewat WhatsApp, mengajak hadir di Gedung Rasa Dharma (Boen Hian Tong) Jl. Gang Pinggir Nomor 31 Semarang pada Minggu, 13 Mei 2018, pukul 09.30-10.00 WIB untuk mengenang Mei 1998. Acaranya sederhana: doa bersama, memakai pita hitam, dan makan rujak pare
Museum Orang Cina di Amerika, Upaya Kolektif Melawan Rasisme
Charles Lai dan John Kuo Wei Tchen memunguti memorabilia dari tong-tong sampah kawasan pecinan di New York pada tahun 1980. Mereka tak pernah menduga bahwa 30 tahun kemudian, upaya mereka akan menjelma jadi The Museum of Chinese in America (MOCA) nan prestisius. Menempati bangunan elegan rancangan arsitek tenar Maya Lin yang juga merancang Vietnam Veteran Memorial, per bulan MOCA dikunjungi hampir 4000 orang yang ingin tahu tentang kiprah orang-orang Cina dan keturunannya di Amerika.
Sumanto Al Qurtuby: Tips Menjadi Pluralis, Akui Kebhinnekaan Agama Sendiri
Surakarta, Kabar EIN – “Mengapa di Indonesia banyak orang bergelar tinggi, bahkan guru-guru besar, malah anti-kebhinnekaan dan mempromosikan fundamentalisme serta radikalisme?,” demikian lontaran antropolog Sumanto Al Qurtuby saat menjadi narasumber seminar “Hidup Bertoleransi dalam Kebhinneka-Tunggal-Ika-an” helatan Badan Musyawarah Antar Agama Lembaga Keagamaan Kristen Indonesia (BAMAG LKKI). Seminar ini digelar di Auditorium Sekolah Tinggi Teologi (STT) Intheos, Surakarta pada Sabtu (15/7) lalu. Sumanto berpendapat, menjadi ekstremis dan penyiar kebencian adalah pilihan masing-masing individu. “Kitab suci itu teksnya lengkap. Ada ayat yang membawa pesan damai, ada ayat tentang berperang, tinggal pembacanya memilih. Kalau diibaratkan mal, semua ayat ada dalam kitab, tinggal kita […]
Al-Munawar: Hormati Dahulu Agama Orang Lain Sebelum Minta Dihormati
Surakarta, Kabar EIN – Keberagaman adalah kodrat yang sudah Tuhan tentukan untuk manusia, sehingga dari sudut pandang hukum Islam, intoleransi pada umat yang beda agama sama dengan melawan kewenangan Tuhan. Demikian disampaikan Al-Munawar, Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Surakarta, dalam seminar “Hidup Bertoleransi dalam Kebhinneka-Tunggal-Ika-an” di Auditorium STT Intheos, Sabtu (15/7) lalu. Acara seminar ini diselenggarakan oleh Badan Musyawarah Antar Gereja Lembaga Keagamaan Kristen Indonesia (BAMAG LKKI) Kota Surakarta “Hidup bertoleransi itu menurut pandangan Islam hukumnya wajib, harus dilaksanakan,” jelas Al-Munawar di hadapan sekitar tiga ratus hadirin. “Islam itu artinya damai, rahmat, kasih sayang pada semua. Jadi kalau […]
Paulus Hartono: Perdamaian Tercipta oleh Persentuhan di Dunia Riil
Surakarta, Kabar EIN – Pecahnya konflik antar agama sebagian besar dilatarbelakangi kepentingan ekonomi, politik, dan kekuasaan. Namun pada dasarnya konflik bisa muncul memang karena ada potensinya. Di Indonesia yang bhinneka ini, telah lama tersimpan rasa saling curiga antara umat Islam dan Kristen, yang bisa sewaktu-waktu meledak sebagai konflik besar. Dialog formal saja tak akan cukup untuk mengatasi fenomena ini. Demikian pemaparan Paulus Hartono, pendeta Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Solo dalam seminar yang diselenggarakan oleh Badan Musyawarah Antar Gereja Lembaga Keagamaan Kristen Indonesia (BAMAG LKKI) Kota Surakarta di auditorium Sekolah Tinggi Teologi (STT) Intheos Solo, pada Sabtu (15/7) lalu. “Kalau […]
Pendeta Rudiyanto: Ilmu Humaniora Penting untuk Membendung Radikalisme
Semarang, Kabar EIN – Sebagian orang terpikat pada fundamentalisme dan radikalisme keagamaan karena mencari kepastian tafsir. Gejala ini harus diantisipasi dengan terus memajukan kajian-kajian humaniora. Demikian paparan Pendeta Rudiyanto ketika diminta menjadi pembicara di acara Jagongan Kebangsaan pada Rabu (17/5) malam di Graha Grasima, Sompok Lama, Semarang. “Di dunia sekarang ini, jaminan rasa kepastian sedang tergerus, sehingga ketika kelompok fundamentalis menawarkan kepastian tafsir agama, orang merasa lega dan mengikutinya,” ujar Rudiyanto di hadapan sekitar lima puluh hadirin dari komunitas lintas agama. Tak heran, lanjutnya, banyak sarjana-sarjana ilmu eksak yang teradikalisasi. “Mereka pikir keagamaan itu bisa sama pastinya dengan ilmu alam, […]
Siti Rofiah: Roh Hukum Islam adalah Keadilan dan Perlindungan HAM
Semarang, Kabar EIN – Politisasi identitas dan agama yang membuat Indonesia bergejolak belakangan ini terjadi karena orang terjebak pada keakuan dalam beragama. Akibatnya, umat terlalu fokus pada perbedaan dan tergesa menyebut orang yang berbeda sebagai “kafir”. Idealnya, keakuan dalam beragama itu dilampaui ke arah kemanusiaan dan roh moral universal yang dikandung dalam setiap agama. Demikian disampaikan Siti Rofiah, peneliti Lembaga Sosial dan Agama (eLSA) Semarang, dalam acara Jagongan Kebangsaan di Graha Sinode GKMI Grasima, Jl. Sompok Lama 60 Semarang, Rabu (15/5) malam lalu. “Saat ini banyak orang mabuk agama, mempertuhankan agamanya, bukan Tuhan yang sejati. Dengan gampangnya menyebut orang lain […]