“Bagian Dua” Di akhir wawancara Pdt. Wimbo bercerita, salah satu bagian persiapan Riyaya Undhuh-Undhuh yang paling menyita waktu adalah proses menghias mobil. Warga dari masing-masing blok peserta riyaya sudah akan memulai persiapan berminggu-minggu sebelumnya. Dari menentukan tema cerita Alkitab yang akan ditampilkan dalam mobil hias, bergotong royong merangkai padi ketan yang menjadi aksesoris utama mobil hias, menggarap kerangka patung-patung hias, hingga pada hari menjelang puncak acara, hasil panen dikumpulkan untuk diarak dan dilelang di halaman gereja. Menata Kendaraan Hias Jelang Undhuh-Undhuh Diantar oleh salah satu warga, Tim EIN Institute bergeser menyambangi salah satu dusun, yang lebih populer dinamai berdasarkan blok; […]
Undhuh-Undhuh, Transformasi Tradisi Jawa Menjadi Perayaan Kristiani (1)
Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Mojowarno menarik perhatian saya sejak setahun lalu. Berawal ketika saya menemukan sebuah artikel di majalah pariwisata terbitan 2013 tentang Riyaya Undhuh-Undhuh; sebuah perayaan ucapan syukur pasca panen yang digelar tahunan oleh gereja tersebut.
Rujak Pare, Simbol Melawan Lupa Tragedi 1998
Undangan itu datang lewat WhatsApp, mengajak hadir di Gedung Rasa Dharma (Boen Hian Tong) Jl. Gang Pinggir Nomor 31 Semarang pada Minggu, 13 Mei 2018, pukul 09.30-10.00 WIB untuk mengenang Mei 1998. Acaranya sederhana: doa bersama, memakai pita hitam, dan makan rujak pare
Museum Orang Cina di Amerika, Upaya Kolektif Melawan Rasisme
Charles Lai dan John Kuo Wei Tchen memunguti memorabilia dari tong-tong sampah kawasan pecinan di New York pada tahun 1980. Mereka tak pernah menduga bahwa 30 tahun kemudian, upaya mereka akan menjelma jadi The Museum of Chinese in America (MOCA) nan prestisius. Menempati bangunan elegan rancangan arsitek tenar Maya Lin yang juga merancang Vietnam Veteran Memorial, per bulan MOCA dikunjungi hampir 4000 orang yang ingin tahu tentang kiprah orang-orang Cina dan keturunannya di Amerika.