Semarang, EIN Institute – Ein Institute menyelenggarakan Dialog Kebangsaan: Membangun Indonesia yang Pancasilais dan Pluralis. Dialog ini bertempat di Taman Budaya Raden Saleh-Semarang pada 18 Juni 2014, , dengan narasumber Pdt. Tjahjadi Nugroho (pemuka agama Kristen), Bingky Irawan (pemuka agama Konghucu), dan Guntur Romli (pegiat pluralisme).
Dialog dibuka dengan paparan dari Pdt. Nugroho yang membahas bahwa kelanjutan Pancasila sangat bergantung pada sosok pemimpin Indonesia. Pemimpin bangsa yang ideal adalah sosok yang mengikuti petunjuk Allah dalam menjalankan tugasnya, demikian pendapat Pdt. Nugroho. Sementara, Pancasila sendiri dianalogikan sebagai akad nikah yang mempersatukan berbagai komponen bangsa, segala suku dan agama, menjadi satu kesatuan yaitu Indonesia.
Sedangkan narasumber kedua Bingky Irawan mengumpamakan Pancasila sebagai rumah dengan fondasi yang kokoh, hanya saja atapnya roboh. Mengutip keyakinan Gus Dur bahwa Pancasila akan tetap kokoh, dengan pernyataan beliau “Nusantara Bangkit Nyawiji“, Bingky mengingatkan bahwa komunitas Tionghoa tidak lepas dari tradisi leluhur mereka, tetapi tetap merupakan Indonesia.
Guntur Romli sebagai narasumber ketiga yang pernah menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir ini mengungkap bahwa Pancasila adalah agama dari bangsa Indonesia. Garuda Pancasila mencengkeram pita bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika”, hal itu merupakan gambaran bahwa keberagaman itu mutlak bagi Indonesia, Romli menegaskan.