Share the knowledge!

Semarang, Kabar EIN – Ada yang berbeda dalam perayaan ulang tahun ke-imamat-an Romo Aloysius Budi Purnomo Pr yang ke-21. Diselenggarakan di halaman Gereja Kristus Raja Ungaran pada Sabtu (8/7) perayaan tersebut dikemas dalam bentuk Angkringan Seniman dan Budayawan dan Deklarasi Komunitas Doa Untuk Kerukunan Utuh Negara Kesatuan Republik Indonesia (Dukun).

Meski digelar di Kabupaten Semarang, tidak menghalangi banjirnya tamu yang berdatangan dari Kota Semarang. Pegiat Persaudaraan Lintas Agama (Pelita), dan beberapa pegiat sosial lainnya nampak hadir.

Komunitas “DUKUN”

Kiai Sentet sebagai anggota komunitas Dukun mencoba memaknai arti kata “dukun” dari huruf per huruf.  “Saya akan mencoba memaknai kata dukun,” ujar lelaki yang sehari-harinya mengelola usaha jasa reparasi alat-alat elektronik untuk menghidupi komunitasnya, “D itu tentang darimana kita berasal dan akan dikembalikan, jadi kita harus mengawali hidup dengan merenungkan hal ini. U itu untuk apa kita diberi hidup? Selanjutnya K, keagungan dan Kuasa Tuhan, kita hanya bisa berusaha dan merencanakan tapi Tuhan yang berkuasa menetukan. Lalu untuk apa hidup ini kalau bukan untuk U, untuk keagungan umat manusia yang diciptakan dengan segala keberagamannya. Terakhir huruf N, ini artinya NKRI, kita berbeda namun disatukan oleh NKRI.”

Hadir juga pada malam itu, pengurus Masjid Agung Jawa Tengah, Ustadz Fathuri Busyairi yang telah bersahabat dengan Romo Budi sejak 2008 silam. Berawal dari kunjungan Romo Budi bersama beberapa suster untuk belajar Islamologi pada Ustadz Fathuri, hubungan persahabatan tersebut tetap terjalin indah dan hangat sampai sekarang.

Teks akan Sempurna oleh Praktik

“Saya bersyukur peringatan ini tidak diselenggarakan secara eksklusif. Hal ini menunjukkan kebersamaan,” kesan Fathuri mengapresiasi acara Romo Budi. Dengan mengundang tokoh lintas agama menurut Fathuri akan semakin menguatkan kesan keberagaman yang terjaga. “Saya memandang agama adalah ajaran untuk membekali para pemeluknya untuk berjiwa besar agar bermanfaat bagi siapapun, khususnya bagi kaum lemah dan dilemahkan,”

Sebagai lulusan program Magister Filsafat Agama Nanchang University, Tiongkok, Fathuri mengaku jika wawasannya yang bersumber dari teks baru akan sempurna ketika terlibat dalam praktik berbagai kegiatan lintas agama.

Fathuri begitu yakin bahwa apa yang dilakukannya akan berdampak banyak bagi umat, “Secara umum, umat akan terbuka wawasannya saat melihat tokoh-tokoh lintas agama bersilaturahim di pertemuan lintas agama seperti ini. Umat akan tahu realita bahwa di luar agama yang mereka yakini benar, ternyata juga ada agama lain yang masih bisa mereka ajak bekerjasama dalam berbagai kegiatan.”

Setelah acara selesai memang sebagian tamu langsung pamit undur diri, tetapi sebagian tetap di halaman gereja melanjutkan obrolan santai namun tetap padat berisi. Romo Budi dalam kesempatan itu juga membagi-bagikan buku berjudul “Timin” yang berisi kumpulan renungan reflektifnya terhadap fenomena kehidupan sehari-hari.

Facebook Comments

Share the knowledge!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *