Share the knowledge!

Surakarta, Kabar EIN – Keberagaman adalah kodrat yang sudah Tuhan tentukan untuk manusia, sehingga dari sudut pandang hukum Islam, intoleransi pada umat yang beda agama sama dengan melawan kewenangan Tuhan. Demikian disampaikan Al-Munawar, Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Surakarta, dalam seminar “Hidup Bertoleransi dalam Kebhinneka-Tunggal-Ika-an” di Auditorium STT Intheos, Sabtu (15/7) lalu.  Acara seminar ini diselenggarakan oleh Badan Musyawarah Antar Gereja Lembaga Keagamaan Kristen Indonesia (BAMAG LKKI) Kota Surakarta

“Hidup bertoleransi itu menurut pandangan Islam hukumnya wajib, harus dilaksanakan,” jelas Al-Munawar di hadapan sekitar tiga ratus hadirin. “Islam itu artinya damai, rahmat, kasih sayang pada semua. Jadi kalau ada orang Islam yang tidak membawa damai, itu orang Islam yang tidak benar.”

Pendiri Lembaga Perdamaian Lintas Agama dan Golongan (LPLAG) itu lantas mengutip surat Al-Hujurat ayat 13, “Tuhan menghendaki kita hidup berbangsa-bangsa, bersuku-suku, supaya saling mengenal. Kalau Tuhan ingin hanya ada satu golongan saja, tidak akan susah. Mau semuanya jadi Jawa, tidak ada yang sipit dan lain sebagainya? Buat Tuhan, kecil! Bhinneka Tunggal Ika itu sudah kehendak Tuhan. Orang yang tidak senang dengan kebhinekaan itu melawan Tuhan.”

Menurut Al-Munawar, ada empat tahap toleransi, yakni mengenali, memahami, menghormati, dan puncaknya adalah saling tolong menolong. “Tidak mungkin menghormati kalau belum kenal dan paham, jadi harus ada silaturahmi,” ungkapnya.

Apabila sekarang terlihat ada orang-orang yang intoleran, menurut Al-Munawar, hal tersebut disebabkan oleh rasa ego. “Bisa ego pada apa saja, entah pada agama kita, pada diri kita, kalau rasa ego itu bisa kita kikis, toleransi itu mudah,” tutur pria kelahiran Karimun Jawa ini.

Al-Munawar yang pernah mengikuti pendidikan transformasi konflik di Filipina dan Kanada ini mengakui bahwa kota Solo memiliki banyak potensi konflik sejak era kolonial. “Lewat LPLAG, kami berusaha berperan menjaga dan menangani potensi konflik khususnya di Solo, misalnya dengan setiap tahun mengirim setidaknya dua orang untuk mengikuti pendidikan perdamaian di Mindanao Peace Institute di Filipina, memberi mereka kesempatan berkumpul dengan aktivis perdamaian dari seluruh dunia.”

Al-Munawar mengajak hadirin memahami lebih mendalam surat Al-Kafirun ayat 6, “Bagimu agamamu, bagiku agamaku. Perhatikan bahwa yang disebut lebih dahulu adalah ‘bagimu agamamu’ bukan ‘bagiku agamaku’. Ini ajaran untuk bertoleransi, kita lebih dahulu menghormati agama orang lain sebelum minta dihormati,” tegasnya.

 

Editor: Yvonne Sibuea

Facebook Comments

Share the knowledge!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *